A. PENGERTIAN IPTEK
Ilmu dalam bahasa Arab `ilm berarti memahami, mengerti
atau mengetahui. `Ilm menurut bahasa berarti kejelasan, karena itu segala kata
yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Misalnya: `alam
(bendera), `ulmat (bibir sumbing), a`lam (gunung-gunung), `alamat (alamat), dan
sebagainya. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu. Ilmu atau sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha mencari pendekatan
rasional dan pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui pendekatan
keilmuan akan didapatkan sejumlah pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu
adalah sebagai pengetahuan yang ilmiah.
Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa
pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) adalah pengetahuan yang diperoleh
lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran
yang dicapai Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan sebutan science. Teknologi
adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu
tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang
penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan.
Teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang
merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari.
Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk
memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil
kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu cara menerapkan
kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan proses
teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya
suatu tujuan.
B. PANDANGAN ISLAM TENTANG IPTEK
Kemajuan
Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kini telah dikuasai peradaban Barat,
kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek
modern tersebut membuat banyak orang mengagumi kemudian meniru-niru dalam gaya
hidup tanpa diseleksi terlebih dulu terhadap segala dampak negatif dimasa
mendatang atau krisis multidimensional
yang diakibatkannya. Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik dimasa
lampau, sekarang maupun yang akan datang.
Dalam pandangan Islam, menurut hukum asalnya segala
sesuatu itu mubah termasuk segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua
tidak ada yang haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan
pasti, karena Islam bukan agama yang
sempit. Adapun peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk
teknologi canggih seperti televisi vidio alat-alat komunikasi dan barang-barang
mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda
atau anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa
yang diakibatkannya, tetapi menjadi tanggung jawab manusia yang menggunakan dan
mengopersionalkannya. Produk iptek ada yang bermanfaat manakala manusia
menggunakan dengan baik dan tepat dan dapat pula mendatangkan dosa dan
malapetaka manakala digunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan
semata.
Islam tidak menghambat kemajuan Iptek, tidak anti
produk teknologi, tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern
yang teratur dan lurus, asalkan dengan analisa-analisa yang teliti,
obyekitf dan tidak bertentangan dengan
dasar al-Qur`an.
C. ILMU PENGETAHUAN
DAN TEKNOLOGI DALAM AL-QUR`AN
Bagi ilmuwan al-Qur`an
adalah inspirator, maknanya bahwa dalam al-Qur’an banyak terkandung teks-teks
(ayat-ayat) yang mendorong manusia untuk melihat, memandang, berfikir, serta
mencermati fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk
diselidiki, diteliti dan dikembangkan. Al-Qur’an menantang manusia untuk
menggunakan akal fikirannya seoptimal mungkin.
Al-Qur`an memuat
segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui maupun
belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun
disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan
nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian
ilmiah terhadap segala macam peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap
lingkungan keadaan masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa zaman
dahulu. Sebagaimana firman Allah berikut ini:
قُلِ
ٱنظُرُواْ مَاذَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَمَا تُغۡنِي ٱلۡأٓيَٰتُ وَٱلنُّذُرُ
عَن قَوۡمٖ لَّا يُؤۡمِنُونَ ١٠١
Artinya: “Katakanlah
(Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan metode ilmiah)
mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat 101)
Asbabun Nuzul Surah Al-Alaq 1-5
Beserta Penjelasan Ayatnya
Sebagai agama yang sempurna, islam
sangat menjunjung tinggi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan mewajibkan
setiap umatnya untuk menuntut ilmu. Dengan ilmu pengetahuan, diharapkan setiap
manusia bisa semakin paham dan menyadari akan kebesaran Allah swt yang telah
menciptakan seluruh alam semesta ini.
Salah satu dalil yang mewajibkan
kita untuk menunut ilmu antara lain adalah surah Al-Alaq ayat 1-5. Dalam
artikel ini kita akan menjelaskan mengenai asbabun nuzul surat Al-Alaq ayat
1-5. Berikut ini adalah penjelasannya :
ٱقۡرَأۡ
بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ
مِنۡ عَلَقٍ ٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ
٣ ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ
مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Artinya : “ Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia)
dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya “ ( Q.S. Al-Alaq : 1-5 )
Asbabun Nuzul Surah Al-Alaq 1-5
Dalam hadist yang di riwayatkan oleh
Aisyah r.a, ia berkata bahwa permulaan wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah
saw adalah mimpi yang baik pada waktu tidur. Biasanya mimpi yang dilihat itu
jelas, sebagaimana cuaca di pagi hari. Kemudian, timbulah pada diri beliau
keinginan untuk meninggalkan keramaian. Untuk itu beliau pergi ke Gua Hira
untuk berkhalwat. Beliau melakukannya beberapa hari. Khadijah sang istri beliau
menyediakan beberapa perbekalan untuk beliau selama di Gua Hira.
Pada suatu ketika, datanglah
malaikat jibril kepada beliau, malaikat itu berkata, “Iqra’ (bacalah)!” Beliau
menjawab “Aku tidak pandai membaca.” Malaikat itu mendekap beliau
sehingga beliau merasa kepayahan. Kemudian malaikat itu kembali berkata, “Bacalah!” Beliau
menjawab lagi “Aku tidak bisa Membaca.” Setelah tiga kali Beliau
menjawab seperti itu, malaikat membacakan surah Al-Alaq 1-5.
Setelah selesai membacakan kelima
ayat tersebut, malaikat jibril pun menghilang. Tinggal lah beliau seorang
diri dengan perasaan takut. Beliau langsung segera pulang menemui istrinya,
yakni Khadijah.
Beliau terlihat gugup sambil
berkata, “Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti aku).” Setelah
hilang rasa takut dan dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk menjelaskan
kejadian yang Rasulullah saw alami. Setelah mendengar kisah yang dialami
beliau, Khadijah berkata kepada Rasululluah saw, ” Demi Allah, Allah tidak akan
mengecewakanmu selama-lamanya. Engkau adalah orang yang suka menghubungkan
kasih sayang dan memikul yang berat “.
Khadijah segera mengajak Rasulullah
untuk menemui Waraqah bin Naufal, paman Khadijah. Dia adalah salah satu seorang
pendeta nasrani yang sangat paham dengan kitab injil. Setelah bertemu
dengannya, Khadijah meminta Rasulullah saw untuk menjelaskan kejadian yang
sudah dialaminya tadi malam.
Setelah Rasulullah saw, selesai
menjelaskan pengalamannya tadi malam, Waraqah berkata, “inilah sebuah
utusan, sebagaimana Allah swt pernah mengutus Nabi Musa a.s. Semoga aku masih
dikarunia hidup sampai saatnya engkau di usir dari kaum mu.”
Rasulullah saw pun bertanya, “Apakah mereka akan mengusir aku ?”
Waraqah menjawab, “Benar! belum pernah ada seorang nabi yang diberikan
sebuah wahyu seperti engkau, yang tidak di musuhi orang. Apabila aku masih
mendapati engkau, pasti aku akan menolong engkau sekuat-kuatnya.” (HR.
Al-Bukhari, Bada’ ul Wahyi No.3)
Penjelasan Surah Al-Alaq 1-5
Ayat pertama, berisi
perintah untuk belajar, menuntut ilmu. Perintah yang dimaksud dalam ayat ini
bersifat umum, tidak tertuju pada ilmu tertentu saja. Dengan demikian,
kewajiban untuk menuntut ilmu meliputi ilmu yang menyangkut ayat-ayat qauliyah
dan ayat-ayat kauniyah.
Ayat kedua, Allah swt
menyatakan bahwa manusia adalah makluk yang diciptakan dari segumpal darah.
Allah swt menegaskan bahwa manusia diciptakan sebagai sebaik-baiknya ciptaan
(QS. At-Tin 95:4).
Ayat ketiga, terdapat dua
pengertian pokok, yakni perintah untuk membaca sebagai penegasan Allah SWT yang
Maha Mulia. Oleh karena itu islam mendidik umatnya agar menjadi umat yang
pandai sehingga bisa memahami ayat-ayat qauliyah dan kauniyah.
Ayat keempat, Allah swt
menjelaskan bahwa dia mengajarkan manusia dengan pena. Pena merupakan sebuah
benda mati dan beku. Namun setelah digunakan oleh manusia bisa dipahami secara
orang lain. Dengan pena maka manusia bisa mencatat segala ilmu pengetahuan.
Ayat kelima, Allah swt
menjelaskan bahwa Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Manusia
lahir kedunia ini dalam keadaan tidak diketahuinya. Manusia lahir ke dunia ini
dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Kemudia Allah swt menganugrahkan
pendengaran dan penglihatan agar memudahkan manusia untuk belajar dan menunut
ilmu sebanyak-banyaknya.
Hadist yang
Berhubungan dengan
IPTEK
1) Bintang-Bintang Sebagai Pengaman Langit
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ
وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ أَبَانَ كُلُّهُمْ عَنْ حُسَيْنٍ قَالَ أَبُو
بَكْرٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ عَنْ مُجَمَّعِ بْنِ
يَحْيَى عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
صَلَّيْنَا الْمَغْرِبَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
ثُمَّ قُلْنَا لَوْ جَلَسْنَا حَتَّى نُصَلِّيَ مَعَهُ الْعِشَاءَ قَالَ
فَجَلَسْنَا فَخَرَجَ عَلَيْنَا فَقَالَ مَا زِلْتُمْ هَاهُنَا قُلْنَا يَا
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّيْنَا مَعَكَ الْمَغْرِبَ ثُمَّ قُلْنَا نَجْلِسُ حَتَّى
نُصَلِّيَ مَعَكَ الْعِشَاءَ قَالَ أَحْسَنْتُمْ أَوْ أَصَبْتُمْ قَالَ فَرَفَعَ
رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ وَكَانَ كَثِيرًا مِمَّا يَرْفَعُ رَأْسَهُ إِلَى
السَّمَاءِ فَقَالَ النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ فَإِذَا ذَهَبَتْ
النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ وَأَنَا أَمَنَةٌ لِأَصْحَابِي
فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِي مَا يُوعَدُونَ وَأَصْحَابِي أَمَنَةٌ
لِأُمَّتِي فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِي أَتَى أُمَّتِي مَا يُوعَدُونَ
Diriwayatkan dari Abu
Bakr bin Abi Syaibah, Ishaq bin Ibrahim, dan Abdullah bin Umar bin Aban;
semuanya dari Husain bin Ali Al-Ja’fi, dari Mujammi’ bin Yahya, dari Said bin
Abu Burdah, dari Bapaknya, ia mengatakan: “Kami shalat Magrib bersama
Rasulullah SAW, kemudian kami katakan: ‘seandainya kita duduk-duduk dan
menunggu sampai shalat Isya bersama beliau lagi.’ (si perawi mengatakan) kami
pun duduk-duduk (menunggu Isya) . Nabi lantas keluar menemui kami dan berkata:
kalian disini ?
Kami menjawab, “ Wahai
Rasulullah, kami shalat Magrib bersamamu. Kemudian kami katakan, “Kami tetap
duduk-duduk (dimasjid) agar kami bisa shalat Isya’ bersama Anda.”
Beliau menukas: Bagus
kalian!atau benar kalian!
Perawi menambahkan:
Nabi SAW kemudian menengadahkan kepala ke langit dan beliau memang sering
menegadahkan kepala ke langit. Beliau lantas bersabda:
“ Bintang-bintang
adalah stabilator bagi langit; jika bintang mati, maka datanglah pada
langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku; jika
aku mati, Maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang mengancam
mereka. Sahabatku adalah pengaman Umatku; jika mereka mati, maka datanglah
kepada umatku sesuatu yang mengancam mereka “ [HR.Muslim]
Mufradat
النُّجُومُ :
bintang-bintang
أَمَنَةٌ : penjaga
2) Asbabul Wurud Hadis
Asbabul wurud hadis ini
adalah ketika Sahabat Abu musa (Abdullah bin Qais bin Sulaim bin Hadldlor) dan
sahabat lain shalat Magrib bersama Rasulullah SAW. kemudian mereka duduk-duduk
diluar menunggu sampai shalat Isya untuk shalat bersama Rasulullah lagi. Nabi
SAW keluar menemui mereka dan berkata: kalian di sini ?
Mereka menjawab, “Wahai
Rasulullah, kami shalat Magrib bersamamu. “Kami tetap duduk-duduk (di masjid)
ini agar kami bisa shalat Isya’ bersamamu juga.”
Rasullah menukas: Bagus
kalian!atau benar kalian!
kemudian Rasulullah
menengadahkan kepala ke langit dan menyabdakan hadis tersebut.
3) Syarah Hadits
Sesungguhnya
bintang-bintang ini merupakan stabilisator langit (alat penstabil langit).
Apabila bintang-bintang ini hilang, maka langit akan tertimpa apa yang telah dijanjikan”.
maksud dari perkataan tersebut bahwasanya Bintang memiliki posisi penting dalam
penstabilan tata surya. Selama ia masih ada langit akan tetap stabil, jika
bintang telah rusak maka akan datang hari kiamat, atau hari yang telah
dijanjikan.
“Aku adalah
penentram bagi sahabatku, apabila aku telah pergi, maka akan datang kepada
sahabatku apa yang telah dijanjikan”. Maksud apa yang dijanjikan disini
adalah peperangan, fitnah dan berbagai perpecahan yang semua itu telah terjadi.
“para sahabatku
adalah penentram bagi umatku, apabila mereka telah pergi maka akan datang
kepada umatku apa yang telah dijanjikan”. Maksud yang telah dijanjikan
disini adalah fitnah, adanya bid’ah, hal-hal yang baru dalam agama, datangnya
zaman syaitan (satanisme), dan terkuasainya makkah dan madinah. Pengetahuan ini
seluruhnya adalah mu’jizat nabi SAW.
Anlisis: dalam hadits
ini ada tiga varibel yang ditekankan; fungsi bintang, Kedudukan Nabi dan
Sahabat.
Kedudukan Nabi disana
sebagai penentram, dimana apabila beliau sudah wafat maka apa yang dijanjikan
telah dijanjikan pada mereka. Dalam hal ini Rasululloh tidak menyebutkan apa
yang akan terjadi, namun dalam syarah hadits muslim ini dikatakan bahwa apa
yang dijanjikan disini adalah adanya perpecahan dan fitnah. Secara historis hal
ini bisa ditelusuri bahwa banyak sekali fenomena peperangan yang terjadi
setelah rasulullah wafat yang terjadi pada masa sahabat, sepeti adannya perang
antara Muawiyah, Aisyah dengan Ali Bin Abi Thalib.
Adapun kedudukan
sahabat disini dikatakan bahwa mereka adalah penentram bagi umat, setelah tiada
akan muncul berbagai bid’ah, dan lainnya termasuk persekutuan dengan syetan.
Dalam hadits memang tidak disebutkan peristiwa ini, namun secara historis
fenomena ini terlihat baik itu pada masa sekarang ataupun pasca sahabat seperti
adanya hadits palsu dan lain sebagainya.
Dua hal ini dalam
syarah hadits dikatakan sebagai mu’jizat. Namun dalam kecamata ilmu pengetahuan
hal ini juga benar, karena bisa dilihat faktanya dari apa yang dibicarakan.
Dari hal ini bisa dikatakan bahwa matan hadits tidak mengalami kontradiksi
dengan ilmu pengetahuan dan fakta historis, hal ini menandakan bahwa hadits ini
tidak mengalami masalah
Asbabun Nuzul
Surah Al Mu’minun ayat 12
– 14
Pada ayat ke-12 hingga 14 Surah
al-Mu’minun [23] dibahas proses penciptaan manusia. Dalam ayat ini Allah SWT.
memaparkan proses penciptaan manusia yang diawali dari saripati tanah. Dalam
ayat yang lain juga dijelaskan tentang tahap pertama manusia ketika ia masih
tersebar di muka bumi dan belum dapat disebut.
وَلَقَدۡ
خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن طِينٖ ١٢ ثُمَّ جَعَلۡنَٰهُ نُطۡفَةٗ فِي قَرَارٖ
مَّكِينٖ ١٣ ثُمَّ خَلَقۡنَا ٱلنُّطۡفَةَ عَلَقَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡعَلَقَةَ
مُضۡغَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡمُضۡغَةَ عِظَٰمٗا فَكَسَوۡنَا ٱلۡعِظَٰمَ لَحۡمٗا ثُمَّ
أَنشَأۡنَٰهُ خَلۡقًا ءَاخَرَۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحۡسَنُ ٱلۡخَٰلِقِينَ ١٤
Artinya : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu
Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk)
lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik “ ( Q.S. Al – Mu’minun
: 12 – 14 )
Pada tahap pertama, bahan-bahan penciptaan
manusia masih tersebar pada tumbuhan dan hewan yang dikonsumsi oleh ayah dan
ibu. Bahan penciptaan manusia itu berupa unsur-unsur kimiawi yang terdapat
dalam makanan. Unsur-unsur tersebut diserap oleh calon ayah dan calon ibu
melalui makanan yang dikonsumsinya.
Unsur-unsur dasar manusia itu diolah
sedemikian rupa melalui proses kimiawi dalam tubuh hingga menjelma menjadi
sperma calon ayah dan ovum calon ibu. Sperma dan ovum adalah dua zat khusus
yang dibentuk oleh Allah SWT. dengan membawa bermiliar-miliar
informasi genetika seorang anak manusia. Sperma dan ovum berkembang dan
Allah SWT. memperkaya keduanya dengan kemampuan untuk mengembangkan
diri saat bertemu nanti.
Tsumma khalaqnan-nut.fata 'alaqatan fa
khalaqnal-‘alaqata mudgatan fa khalaqnal-mudgata 'iz.a - man fa kasaunal- 'iz.
a ma lah.man s.umma ansya’na - hu khalqan a-khar(a), fa taba-rakalla - hu ah.
sanulkha liqin(a)
Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Melalui proses penyatuan yang dramatis,
sperma dan ovum bertemu dan menyatukan diri. Proses tersebut terjadi dengan
penuh kecermatan dan ketepatan yang hanya bisa diatur oleh Zat yang Mahapandai
atas segala sesuatu. Keduanya bertemu, mengomunikasikan informasi yang mereka
bawa dan berlanjut dalam perkembangan yang luar biasa. Dua sel manusia
berlainan jenis itu menyatu kemudian membelah dan terus membelah. Tiap-tiap sel
baru membentuk jalinan yang kuat di antara mereka. Setelah mulai terbentuk,
sel-sel calon manusia itu mencari tempat berlabuhnya di dinding rahim sang ibu.
Mereka melekat kuat dan membentuk jaringan
penghubung antara si calon manusia dengan sang ibu. Jaringan penghubung ini
biasa kita kenal sebagai placenta. Tahap inilah yang dalam dunia kedokteran
modern disebut zygot. Hal ini menunjukkan tanda kekuasaan Allah SWT.
sekaligus kebenaran Al-Qur’an. Seribu empat ratus tahun yang lalu, saat
kehidupan bangsa Arab berada di tepi terjauh dari peradaban, saat orang
Badui menganggap bahwa bumi itu datar, Al-Qur’an menyatakan sesuatu yang baru
terlihat pada abad modern ini.
Sembari membangun interaksi dengan sang
ibu, sel-sel baru itu terus diatur oleh Allah SWT. untuk membelah
hingga menjadi segumpal daging kemudian membelah dan membentuk bagian-bagian
tubuh manusia. Tangan, kaki, kepala, jantung, otak, dan semua organ terbentuk
dengan bimbingan Allah SWT. Setelah semua bagian lengkap,
Allah SWT. menyempurnakan bentuknya menjadi bentuk yang sama sekali
berbeda dari saat pertama kali sperma dan ovum bertemu.
Inilah proses pembentukan seorang manusia
yang diangkat Allah SWT. sebagai khalifah-Nya di bumi. Proses yang
tersampaikan dalam Surah al-Mu’minu-n [23] ayat 12–14 ini memberi pelajaran
tentang dua hal penting. Pertama, Allah SWT. yang mengatur
penciptaan manusia.
Hal ini dengan nyata terlihat dari
tahapan-tahapan pembentukan manusia dalam rahim sang ibu. Bagaimana dua sel,
sperma dan ovum yang setengah menit saja dibiarkan di tempat terbuka pasti
rusak, dapat bertemu? Siapa yang mengarahkan pertemuan itu? Adakah sang ayah
yang memberikan komando atau si ibu yang menunjukkan rute? Setelah keduanya bertemu,
siapa yang memberikan daya untuk berubah dan membelah?
Sperma dan ovum itu mengetahui dengan
sendirinya apa yang harus dilakukan. Allah SWT. yang telah membuat
semua itu menjadi mungkin. Allah SWT. yang memberi daya sekaligus
arah. Allah SWT. yang menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh dua
sel lemah itu. Inilah pelajaran agung dari Sang Maha Pencipta.
Pelajaran kedua adalah pelajaran bagi
kesadaran manusia tentang asal usul dirinya dan Tuhan yang telah
menciptakannya. Ayat ini mengajak manusia merenungkan kejadian dirinya. Manusia
tidak ada dengan sendirinya melainkan ada karena diadakan oleh Yang Maha Ada.
Kesadaran tentang hal ini diharapkan dapat membawa dampak nyata pada perilaku
manusia, kita bersama, untuk menjadi lebih baik sesuai tuntunan Allah SWT.
yang telah menciptakan.
Pelajaran Allah SWT. dalam ayat ini
menunjukkan bahwa hadirnya manusia di muka bumi ini diadakan oleh
Allah SWT. tentu bukan tanpa tujuan. Tujuan hadirnya manusia
untuk mengemban tugas sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini. Saat kita
sadar tentang hal ini, kita mengetahui dari mana kita berasal dan tugas yang
harus kita emban di bumi ini.
Hadist tentang
Penciptaan Manusia
الْمَصْدُوْقُ ; إِنَّ
أَحَدَكُمْ لَيُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّه أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً
، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذاَلِكَ ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ
ذاَلِكَ ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ ،
وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِماَتٍ ; رِزْقِه ، وَأَجَلِه ، وَعَمَلِه ، وَهَلْ هُوَ
شَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ - الحديث رواه أحمد -
“ Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata
: Telah bersabda kepada kami Rasulullah SAW – Beliau adalah orang yang
jujur dan terpercaya; “Sesungguhnya seorang diantara kamu (setiap kamu)
benar-benar diproses kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud air
mani; kemudian berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal darah; lantas
berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal daging; kemudian malaikat
dikirim kepadanya untuk meniupkan roh kedalamnya; lantas (sang janin) itu
ditetapkan dalam 4 ketentuan : 1. Ditentukan (kadar) rizkinya, 2. Ditentukan
batas umurnya, 3. Ditentukan amal perbuatannya, 4. Ditentukan apakah ia
tergolomg orang celaka ataukah orang yang beruntung “ (HR Ahmad).
Penjelasan Hadis :
Hadis tersebut Dimuka menjelaskan proses kejadian manusia dalam rahim ibunya,
yaitu 40 hari pertama berwujud “ Nutfah “ (air mani laki-laki
bersenyawa dengan sel telur perempuan), 40 hari kedua berproses menjadi “
Alaqah “ (segumpal darah), 40 hari ketiga berproses menjadi “
Mudlghoh “ (segumpal daging).
Hadis tersebut di muka lebih lanjut menjelaskan bahwa saat berwujud mudlghah
itulah Allah SWT mengirim malaikat untuk memasangkan roh kepadanya bersamaan
dengan ditetapkannya 4 ketentuan.
Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah
menceritakan kepada kami dan beliau seorang yang jujur lagi diakui
kejujurannya, “Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan
penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari berupa sperma, kemudian
menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama
itu pula, kemudian diutus seorang malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh
padanya, dan diperintahkan empat kalimat: menulis rezekinya, ajalnya, amalnya,
dan celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak
disembah selain Dia, sesungguhnya seorang dari kalian benar-benar beramal
dengan amal penghuni surga hingga jarak antaranya dan surga hanya sejengkal,
lalu takdir mendahuluinya, lalu dia beramal dengan amal penduduk neraka lalu ia
pun memasukinya. Dan sesungguhnya seorang dari kalian
benar-benar beramal dengan amal penduduk neraka hingga jarak
antaranya dengan neraka hanya sejengkal, lalu takdir mendahuluinya, lalu ia beramal
dengan amal penduduk surga, maka ia pun memasukinya.” Diriwayatkan
oleh al-Bukhari dan Muslim.
Hadist diatas ini mengandung beberapa hal, antara lain sebagai berikut:
1. Penjelasan Fase perkembangan janin di dalam rahim:
Hadits
diatas ini menunjukkan bahwa janin diciptakan seratus dua puluh hari dalam tiga
tahapan. Setiap tahapan adalah selama empat puluh hari. Pada empat puluh hari
pertama berupanuthfah, pada empat puluh hari kedua berupa ‘alaqah dan
empat puluh hari ketiga berupa mudhghah, dan pada hari ke seratus dua
puluh, malaikat meniupkan ruh kepadanya, lalu dituliskan baginya kalimat.
Allah Ta’ala menyebutkan dalam kitab-Nya bahwa janin diciptakan
dalam fase-fase tersebut, sebagaiamana firman-Nya:
“dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. Al-Mukminun: 12-14)
Dalam
ayat ini Allah menyebutkan empat fase yang disebutkan didalam hadits, lalu
menambahinya dengan fase lainnya sehingga menjadi tujuh fase.
2. Penjelasan ditiupnya ruh
Para ulama bersepakat bahwa ruh ditiupkan ke dalam
janin setelah janin berumur seratus dua puluh hari terhitung dari mulai
terjadinya pembuahan. Yaitu ketika usia kehamilan sudah empat bulan dan
memasuki bulan yang kelima.
Semua itu benar berdasarkan kenyataan yang dapat
disaksikan, maka semenjak itu ditetapkan hukum-hukum untuk memenuhi
kebutuhannya seperti hukum tentang penyandaran nasabnya dan kewajiban pemberian
nafkah. Dan hal itu diyakinkan dengan bergeraknya janin dalam rahim. Inilah
hikmah mengapa istri yang ditinggal mati suaminya, masa iddahnya selama empat
bulan sepuluh hari. Alasannya ialah untuk meyakinkan bahwa rahimnya benar-benar
kosong dari janin tanpa ada sedikit pun tanda-tanda kehamilan. Ruh, yang
membuat manusia hidup, adalah urusan Allah sebagaimana firman-Nya,
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh
itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit".(Q.S. Al-Isra: 85)
Dalam syarah Muslim karangan Imam Nawawi disebutkan
bahwa ruh adalah jasad halus yang mengalir dalam badan dan merambat di dalamnya
sebagaimana merambatnya air didalam batang pohon yang hidup. Dalam
kitab Ihya Ulumuddin Imam Al-Ghazali berkata, “ruh adalah unsur yang
berdiri sendiri yang bekerja di dalam badan.”
Penjelasan haramnya menggugurkan kandungan
Para ulama bersepakat atas haramnya menggugurkan
kandungan (aborsi) setelah ditiupkanya ruh kedalam janin. Hal itu dipandang
sebagai tindakan criminal yang haram dilakukan oleh seorang muslim. Karena hal
itu merupakan tindakan kejahatan atas orang yang telah hidup dengan sempurna.
Adapun
aborsi sebelum ditiupkannya ruh, maka hukumnya haram juga. Demikianlah pendapat
sebagaian para ahli fiqih. Dalil yang menjadi landasan mereka adalah hadist
shahih yan menjelaskan bahwa penciptaan dimulai dari menetapnya sperma didalam
rahim. Imam Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah bin Usaid, sesungguhnya Nabi SAW
bersabda, yang artinya:
“Jika nuthfah telah melewati empat puluh dua malam – dalam sebagian riwayat
empat puluh sekian malam – Allah mengutus malaikat untuk membentuk rupanya,
menciptalkan pendengaran, penglihatan, kulit, daging dan tulang belulang.”
Dalam
kitab Jami’ul Ilmi wal Hikam yang ditulis oleh Ibnu Rajab
Al-Hanbali, hal 42, disebutkan, “sebagian ahli Fiqih merukhsahkan (memberi
keringanan) bagi wanita untuk melakukan aborsi selama ruh belum ditiupkan ke
dalam janin dan menganologikannya dengan azal pendapat
ini adalah pendapat yang lemah karena janin adalah anak yang sudah tercipta dan
adakalanya sudah berbentuk, sedang azal sama sekali belum ada wujud
janin, tetapi hanya menghalangi terciptanya janin, bahkan jika Allah
berkehendak, azal sama sekali tidak menghalangi untuk
terciptanya bayi.
Dalam Ihya Ulumuddin karangan Al-Ghazali, 2/51 : ‘azal itu tidak bisa
disamakan dengan aborsi dan mengubur anak hidup-hidup karena kedua tindakan
tersebut adalah kejahatan terhadap makhluk yang sudah berwujud, dan wujudnya
memiliki beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah
tersimpannya nuthfah di dalam rahim dan bercampur dengan
ovum wanita serta siap untuk menerima nyawa, maka merusak benda tersebut
merupakan kejahatan.
Apabila nuthfah menjadi ‘alaqah, maka
kejahatannya lebih besar, dan apabila telah ditiupkan ke dalamnya ruh dan
menjadi makhluk yang sempurna, maka kejahatannya pun termasuk ke dalam dosa
besar dan puncak kejahatan adalah membunuh bayi yang sudah keluar dari perut
dalam keadaan hidup.
NO
|
SURAT
|
AYAT
|
ISI
|
KLASIKASI
|
|
1
|
Al- Alaq
|
1-5
|
1. Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu yang menciptakan
2. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
Maha Mulia
4. Yang mengajar (manusia) dengan
pena
5. Dia mengajarkan manusia apa yang
tidak diketahuinya
|
Perkembangan IPTEK
|
|
2
|
Al- Mu’minun
|
12-14
|
12. Dan sungguh kami telah
menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami menjadikannya air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim)
14. Kemudian air mani itu kami
jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging,
dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang paling Baik
|
Proses Penciptaan Manusia
|
|
NO
|
RIWAYAT
|
ISI
|
KLASIKASI
|
|
1
|
Muslim
|
“Bintang-bintang adalah stabilator bagi langit; jika bintang
mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah
pengaman bagi sahabatku; jika aku mati, Maka datanglah kepada para
sahabat sesuatu yang mengancam mereka. Sahabatku adalah pengaman Umatku; jika
mereka mati, maka datanglah kepada umatku sesuatu yang mengancam mereka“
[HR.Muslim]
|
Hadist tentang
Bintang-bintang sebagai pengaman
langit
|
|
2
|
Ibnu Mas’ud
|
“Sesungguhnya
penciptaan salah seorang di antara kalian dihimpun di dalam perut ibunya
selama empat puluh hari berupa air mani, kemudian menjadi segumpal darah
dalam waktu sama, kemudian menjadi segumpal daging juga dalam waktu yang
sama. Setelah itu, malaikat diutus untuk meniupkan roh ke dalamnya dan
diperintahkan untuk mencatat empat perkara: mencatat rezekinya, ajalnya,
perbuatannya, dan celaka ataukah bahagia.”
|
Hadist tentang penciptaan Manusia
|