Senin, 22 Oktober 2018




A.    PENGERTIAN IPTEK

Ilmu dalam bahasa Arab `ilm berarti memahami, mengerti atau mengetahui. `Ilm menurut bahasa berarti kejelasan, karena itu segala kata yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Misalnya: `alam (bendera), `ulmat (bibir sumbing), a`lam (gunung-gunung), `alamat (alamat), dan sebagainya. Ilmu adalah pengetahuan yang jelas tentang segala sesuatu. Ilmu atau sains memiliki arti lebih spesifik yaitu usaha mencari pendekatan rasional dan pengumpulan fakta-fakta empiris, dengan melalui pendekatan keilmuan akan didapatkan sejumlah pengetahuan atau juga dapat dikatakan ilmu adalah sebagai pengetahuan yang ilmiah.
Menurut Jan Hendrik Rapar menjelaskan bahwa pengetahuan ilmiah (scientific knowledge) adalah pengetahuan yang diperoleh lewat penggunaan metode-metode ilmiah yang lebih menjamin kepastian kebenaran yang dicapai Pengetahuan yang demikian dikenal juga dengan sebutan science. Teknologi adalah penerapan ilmu-ilmu dasar untuk memecahkan masalah guna mencapai suatu tujuan tertentu, atau dapat dikatakan juga teknologi adalah ilmu tentang penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi suatu tujuan.
Teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari. Perkembangan iptek, adalah hasil dari segala langkah dan pemikiran untuk memperluas, memperdalam, dan mengembangkan iptek.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu cara menerapkan kemampuan teknik yang berlandaskan ilmu pengetahuan dan berdasarkan proses teknis tertentu untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan terpenuhinya suatu tujuan.

B.  PANDANGAN ISLAM TENTANG IPTEK

            Kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi dunia kini telah dikuasai peradaban Barat, kesejahteraan dan kemakmuran material yang dihasilkan oleh perkembangan Iptek modern tersebut membuat banyak orang mengagumi kemudian meniru-niru dalam gaya hidup tanpa diseleksi terlebih dulu terhadap segala dampak negatif dimasa mendatang atau  krisis multidimensional yang diakibatkannya. Islam tidak menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga tidak anti terhadap barang-barang produk teknologi baik dimasa lampau, sekarang maupun yang akan datang.
Dalam pandangan Islam, menurut hukum asalnya segala sesuatu itu mubah termasuk segala apa yang disajikan berbagai peradaban, semua tidak ada yang haram kecuali jika terdapat nash atau dalil yang tegas dan pasti, karena  Islam bukan agama yang sempit. Adapun peradaban modern yang begitu luas memasyarakatkan produk-produk teknologi canggih seperti televisi vidio alat-alat komunikasi dan barang-barang mewah lainnya serta menawarkan aneka jenis hiburan bagi tiap orang tua, muda atau anak-anak yang tentunya alat-alat itu tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya, tetapi menjadi tanggung jawab manusia yang menggunakan dan mengopersionalkannya. Produk iptek ada yang bermanfaat manakala manusia menggunakan dengan baik dan tepat dan dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka manakala digunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.
Islam tidak menghambat kemajuan Iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan bertentangan dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan analisa-analisa yang teliti, obyekitf  dan tidak bertentangan dengan dasar al-Qur`an.

C.  ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI  DALAM AL-QUR`AN

Bagi ilmuwan al-Qur`an adalah inspirator, maknanya bahwa dalam al-Qur’an banyak terkandung teks-teks (ayat-ayat) yang mendorong manusia untuk melihat, memandang, berfikir, serta mencermati fenomena-fenomena alam semesta ciptaan Tuhan yang menarik untuk diselidiki, diteliti dan dikembangkan. Al-Qur’an menantang manusia untuk menggunakan akal fikirannya seoptimal mungkin.
Al-Qur`an memuat segala informasi yang dibutuhkan manusia, baik yang sudah diketahui maupun belum diketahui. Informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi pun disebutkan berulang-ulang dengan tujuan agar manusia bertindak untuk melakukan nazhar. Nazhar adalah mempraktekkan metode, mengadakan observasi dan penelitian ilmiah terhadap segala macam peristiwa alam di seluruh jagad ini, juga terhadap lingkungan keadaan masyarakat dan historisitas bangsa-bangsa zaman dahulu.  Sebagaimana firman Allah berikut ini:

قُلِ ٱنظُرُواْ مَاذَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۚ وَمَا تُغۡنِي ٱلۡأٓيَٰتُ وَٱلنُّذُرُ عَن قَوۡمٖ لَّا يُؤۡمِنُونَ ١٠١
Artinya:    “Katakanlah (Muhammad): lakukanlah nadzar (penelitian dengan menggunakan metode ilmiah) mengenai apa yang ada di langit dan di bumi ...”( QS. Yunus ayat 101)


Asbabun Nuzul Surah Al-Alaq 1-5
Beserta Penjelasan Ayatnya

Sebagai agama yang sempurna, islam sangat menjunjung tinggi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan mewajibkan setiap umatnya untuk menuntut ilmu. Dengan ilmu pengetahuan, diharapkan setiap manusia bisa semakin paham dan menyadari akan kebesaran Allah swt yang telah menciptakan seluruh alam semesta ini.
Salah satu dalil yang mewajibkan kita untuk menunut ilmu antara lain adalah surah Al-Alaq ayat 1-5. Dalam artikel ini kita akan menjelaskan mengenai asbabun nuzul surat Al-Alaq ayat 1-5. Berikut ini adalah penjelasannya :
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢  ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣  ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya “ ( Q.S. Al-Alaq : 1-5 )

      Asbabun Nuzul Surah Al-Alaq 1-5

Dalam hadist yang di riwayatkan oleh Aisyah r.a, ia berkata bahwa permulaan wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah saw adalah mimpi yang baik pada waktu tidur. Biasanya mimpi yang dilihat itu jelas, sebagaimana cuaca di pagi hari. Kemudian, timbulah pada diri beliau keinginan untuk meninggalkan keramaian. Untuk itu beliau pergi ke Gua Hira untuk berkhalwat. Beliau melakukannya beberapa hari. Khadijah sang istri beliau menyediakan beberapa perbekalan untuk beliau selama di Gua Hira.
Pada suatu ketika, datanglah malaikat jibril kepada beliau, malaikat itu berkata, “Iqra’ (bacalah)!” Beliau menjawab “Aku tidak pandai membaca.” Malaikat itu mendekap beliau sehingga beliau merasa kepayahan. Kemudian malaikat itu kembali berkata, “Bacalah!” Beliau menjawab lagi “Aku tidak bisa Membaca.” Setelah tiga kali Beliau menjawab seperti itu, malaikat membacakan surah Al-Alaq  1-5.
Setelah selesai membacakan kelima ayat tersebut, malaikat jibril pun menghilang. Tinggal lah  beliau seorang diri dengan perasaan takut. Beliau langsung segera pulang menemui istrinya, yakni Khadijah.
Beliau terlihat gugup sambil berkata, “Zammiluni, zammiluni (selimuti aku, selimuti aku).” Setelah hilang rasa takut dan dinginnya, Khadijah meminta beliau untuk menjelaskan kejadian yang Rasulullah saw alami. Setelah mendengar kisah yang dialami beliau, Khadijah berkata kepada Rasululluah saw, ” Demi Allah, Allah tidak akan mengecewakanmu selama-lamanya. Engkau adalah orang yang suka menghubungkan kasih sayang dan memikul yang berat “.
Khadijah segera mengajak Rasulullah untuk menemui Waraqah bin Naufal, paman Khadijah. Dia adalah salah satu seorang pendeta nasrani yang sangat paham dengan kitab injil. Setelah bertemu dengannya, Khadijah meminta Rasulullah saw untuk menjelaskan kejadian yang sudah dialaminya tadi malam.
Setelah Rasulullah saw, selesai menjelaskan pengalamannya tadi malam, Waraqah berkata, “inilah sebuah utusan, sebagaimana Allah swt pernah mengutus Nabi Musa a.s. Semoga aku masih dikarunia hidup sampai saatnya engkau di usir dari kaum mu.”  Rasulullah saw pun bertanya, “Apakah mereka akan mengusir aku ?”  Waraqah menjawab, “Benar! belum pernah ada seorang nabi yang diberikan sebuah wahyu seperti engkau, yang tidak di musuhi orang. Apabila aku masih mendapati engkau, pasti aku akan menolong engkau sekuat-kuatnya.” (HR. Al-Bukhari, Bada’ ul Wahyi No.3)

     Penjelasan Surah Al-Alaq 1-5

Ayat pertama, berisi perintah untuk belajar, menuntut ilmu. Perintah yang dimaksud dalam ayat ini bersifat umum, tidak tertuju pada ilmu tertentu saja. Dengan demikian, kewajiban untuk menuntut ilmu meliputi ilmu yang menyangkut ayat-ayat qauliyah dan ayat-ayat kauniyah.
Ayat kedua, Allah swt menyatakan bahwa manusia adalah makluk yang diciptakan dari segumpal darah. Allah swt menegaskan bahwa manusia diciptakan sebagai sebaik-baiknya ciptaan (QS. At-Tin 95:4).
Ayat ketiga, terdapat dua pengertian pokok, yakni perintah untuk membaca sebagai penegasan Allah SWT yang Maha Mulia. Oleh karena itu islam mendidik umatnya agar menjadi umat yang pandai sehingga bisa memahami ayat-ayat qauliyah dan kauniyah.
Ayat keempat, Allah swt menjelaskan bahwa dia mengajarkan manusia dengan pena. Pena merupakan sebuah benda mati dan beku. Namun setelah digunakan oleh manusia bisa dipahami secara orang lain. Dengan pena maka manusia bisa mencatat segala ilmu pengetahuan.
Ayat kelima, Allah swt menjelaskan bahwa Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. Manusia lahir kedunia ini dalam keadaan tidak diketahuinya. Manusia lahir ke dunia ini dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa. Kemudia Allah swt menganugrahkan pendengaran dan penglihatan agar memudahkan manusia untuk belajar dan menunut ilmu sebanyak-banyaknya.

Hadist  yang Berhubungan dengan
IPTEK

1)      Bintang-Bintang Sebagai Pengaman Langit

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ أَبَانَ كُلُّهُمْ عَنْ حُسَيْنٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ عَلِيٍّ الْجُعْفِيُّ عَنْ مُجَمَّعِ بْنِ يَحْيَى عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ صَلَّيْنَا الْمَغْرِبَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قُلْنَا لَوْ جَلَسْنَا حَتَّى نُصَلِّيَ مَعَهُ الْعِشَاءَ قَالَ فَجَلَسْنَا فَخَرَجَ عَلَيْنَا فَقَالَ مَا زِلْتُمْ هَاهُنَا قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّيْنَا مَعَكَ الْمَغْرِبَ ثُمَّ قُلْنَا نَجْلِسُ حَتَّى نُصَلِّيَ مَعَكَ الْعِشَاءَ قَالَ أَحْسَنْتُمْ أَوْ أَصَبْتُمْ قَالَ فَرَفَعَ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ وَكَانَ كَثِيرًا مِمَّا يَرْفَعُ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ النُّجُومُ أَمَنَةٌ لِلسَّمَاءِ فَإِذَا ذَهَبَتْ النُّجُومُ أَتَى السَّمَاءَ مَا تُوعَدُ وَأَنَا أَمَنَةٌ لِأَصْحَابِي فَإِذَا ذَهَبْتُ أَتَى أَصْحَابِي مَا يُوعَدُونَ وَأَصْحَابِي أَمَنَةٌ لِأُمَّتِي فَإِذَا ذَهَبَ أَصْحَابِي أَتَى أُمَّتِي مَا يُوعَدُونَ 

Diriwayatkan dari Abu Bakr bin Abi Syaibah, Ishaq bin Ibrahim, dan Abdullah bin Umar bin Aban; semuanya dari Husain bin Ali Al-Ja’fi, dari Mujammi’ bin Yahya, dari Said bin Abu Burdah, dari Bapaknya, ia mengatakan: “Kami shalat Magrib bersama Rasulullah SAW, kemudian kami katakan: ‘seandainya kita duduk-duduk dan menunggu sampai shalat Isya bersama beliau lagi.’ (si perawi mengatakan) kami pun duduk-duduk (menunggu Isya) . Nabi lantas keluar menemui kami dan berkata: kalian disini ?
Kami menjawab, “ Wahai Rasulullah, kami shalat Magrib bersamamu. Kemudian kami katakan, “Kami tetap duduk-duduk (dimasjid) agar kami bisa shalat Isya’ bersama Anda.”
Beliau menukas: Bagus kalian!atau benar kalian!
Perawi menambahkan: Nabi SAW kemudian menengadahkan kepala ke langit dan beliau memang sering menegadahkan kepala ke langit. Beliau lantas bersabda:
“ Bintang-bintang adalah stabilator bagi langit; jika  bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku; jika aku mati,  Maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang mengancam mereka. Sahabatku adalah pengaman Umatku; jika mereka mati, maka datanglah kepada umatku sesuatu yang mengancam mereka “ [HR.Muslim]
Mufradat
النُّجُومُ : bintang-bintang                                            
أَمَنَةٌ    : penjaga


2)      Asbabul Wurud Hadis

Asbabul wurud hadis ini adalah ketika Sahabat Abu musa (Abdullah bin Qais bin Sulaim bin Hadldlor) dan sahabat lain shalat Magrib bersama Rasulullah SAW. kemudian mereka duduk-duduk diluar menunggu sampai shalat Isya untuk shalat bersama Rasulullah lagi. Nabi SAW keluar menemui mereka dan berkata: kalian di sini ?
Mereka menjawab, “Wahai Rasulullah, kami shalat Magrib bersamamu. “Kami tetap duduk-duduk (di masjid) ini agar kami bisa shalat Isya’ bersamamu juga.”
Rasullah menukas: Bagus kalian!atau benar kalian!
kemudian Rasulullah menengadahkan kepala ke langit dan menyabdakan hadis tersebut.


3)      Syarah Hadits

Sesungguhnya bintang-bintang ini merupakan stabilisator langit (alat penstabil langit). Apabila bintang-bintang ini hilang, maka langit akan tertimpa apa yang telah dijanjikan”. maksud dari perkataan tersebut bahwasanya Bintang memiliki posisi penting dalam penstabilan tata surya. Selama ia masih ada langit akan tetap stabil, jika bintang telah rusak maka akan datang hari kiamat, atau hari yang telah dijanjikan.
Aku adalah penentram bagi sahabatku, apabila aku telah pergi, maka akan datang kepada sahabatku apa yang telah dijanjikan”. Maksud apa yang dijanjikan disini adalah peperangan, fitnah dan berbagai perpecahan yang semua itu telah terjadi.
para sahabatku adalah penentram bagi umatku, apabila mereka telah pergi maka akan datang kepada umatku apa yang telah dijanjikan”. Maksud yang telah dijanjikan disini adalah fitnah, adanya bid’ah, hal-hal yang baru dalam agama, datangnya zaman syaitan (satanisme), dan terkuasainya makkah dan madinah. Pengetahuan ini seluruhnya adalah mu’jizat nabi SAW.
Anlisis: dalam hadits ini ada tiga varibel yang ditekankan; fungsi bintang, Kedudukan Nabi dan Sahabat.
Kedudukan Nabi disana sebagai penentram, dimana apabila beliau sudah wafat maka apa yang dijanjikan telah dijanjikan pada mereka. Dalam hal ini Rasululloh tidak menyebutkan apa yang akan terjadi, namun dalam syarah hadits muslim ini dikatakan bahwa apa yang dijanjikan disini adalah adanya perpecahan dan fitnah. Secara historis hal ini bisa ditelusuri bahwa banyak sekali fenomena peperangan yang terjadi setelah rasulullah wafat yang terjadi pada masa sahabat, sepeti adannya perang antara Muawiyah, Aisyah dengan Ali Bin Abi Thalib.
Adapun kedudukan sahabat disini dikatakan bahwa mereka adalah penentram bagi umat, setelah tiada akan muncul berbagai bid’ah, dan lainnya termasuk persekutuan dengan syetan. Dalam hadits memang tidak disebutkan peristiwa ini, namun secara historis fenomena ini terlihat baik itu pada masa sekarang ataupun pasca sahabat seperti adanya hadits palsu dan lain sebagainya.
Dua hal ini dalam syarah hadits dikatakan sebagai mu’jizat. Namun dalam kecamata ilmu pengetahuan hal ini juga benar, karena bisa dilihat faktanya dari apa yang dibicarakan. Dari hal ini bisa dikatakan bahwa matan hadits tidak mengalami kontradiksi dengan ilmu pengetahuan dan fakta historis, hal ini menandakan bahwa hadits ini tidak mengalami masalah

Asbabun Nuzul
Surah Al Mu’minun ayat 12 – 14

Pada ayat ke-12 hingga 14 Surah al-Mu’minun [23] dibahas proses penciptaan manusia. Dalam ayat ini Allah SWT. memaparkan proses penciptaan manusia yang diawali dari saripati tanah. Dalam ayat yang lain juga dijelaskan tentang tahap pertama manusia ketika ia masih tersebar di muka bumi dan belum dapat disebut. 

وَلَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ مِن سُلَٰلَةٖ مِّن طِينٖ ١٢  ثُمَّ جَعَلۡنَٰهُ نُطۡفَةٗ فِي قَرَارٖ مَّكِينٖ ١٣ ثُمَّ خَلَقۡنَا ٱلنُّطۡفَةَ عَلَقَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡعَلَقَةَ مُضۡغَةٗ فَخَلَقۡنَا ٱلۡمُضۡغَةَ عِظَٰمٗا فَكَسَوۡنَا ٱلۡعِظَٰمَ لَحۡمٗا ثُمَّ أَنشَأۡنَٰهُ خَلۡقًا ءَاخَرَۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحۡسَنُ ٱلۡخَٰلِقِينَ ١٤
Artinya : “ Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik “ ( Q.S. Al – Mu’minun : 12 – 14 )

Pada tahap pertama, bahan-bahan penciptaan manusia masih tersebar pada tumbuhan dan hewan yang dikonsumsi oleh ayah dan ibu. Bahan penciptaan manusia itu berupa unsur-unsur kimiawi yang terdapat dalam makanan. Unsur-unsur tersebut diserap oleh calon ayah dan calon ibu melalui makanan yang dikonsumsinya. 

Unsur-unsur dasar manusia itu diolah sedemikian rupa melalui proses kimiawi dalam tubuh hingga menjelma menjadi sperma calon ayah dan ovum calon ibu. Sperma dan ovum adalah dua zat khusus yang dibentuk oleh Allah SWT. dengan membawa bermiliar-miliar informasi genetika seorang anak manusia. Sperma dan ovum berkembang dan Allah SWT. memperkaya keduanya dengan kemampuan untuk mengembangkan diri saat bertemu nanti.

Tsumma khalaqnan-nut.fata 'alaqatan fa khalaqnal-‘alaqata mudgatan fa khalaqnal-mudgata 'iz.a - man fa kasaunal- 'iz. a ma lah.man s.umma ansya’na - hu khalqan a-khar(a), fa taba-rakalla - hu ah. sanulkha liqin(a)

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Melalui proses penyatuan yang dramatis, sperma dan ovum bertemu dan menyatukan diri. Proses tersebut terjadi dengan penuh kecermatan dan ketepatan yang hanya bisa diatur oleh Zat yang Mahapandai atas segala sesuatu. Keduanya bertemu, mengomunikasikan informasi yang mereka bawa dan berlanjut dalam perkembangan yang luar biasa. Dua sel manusia berlainan jenis itu menyatu kemudian membelah dan terus membelah. Tiap-tiap sel baru membentuk jalinan yang kuat di antara mereka. Setelah mulai terbentuk, sel-sel calon manusia itu mencari tempat berlabuhnya di dinding rahim sang ibu.

Mereka melekat kuat dan membentuk jaringan penghubung antara si calon manusia dengan sang ibu. Jaringan penghubung ini biasa kita kenal sebagai placenta. Tahap inilah yang dalam dunia kedokteran modern disebut zygot. Hal ini menunjukkan tanda kekuasaan Allah SWT. sekaligus kebenaran Al-Qur’an. Seribu empat ratus tahun yang lalu, saat kehidupan bangsa Arab berada di tepi terjauh dari peradaban, saat orang Badui menganggap bahwa bumi itu datar, Al-Qur’an menyatakan sesuatu yang baru terlihat pada abad modern ini.

Sembari membangun interaksi dengan sang ibu, sel-sel baru itu terus diatur oleh Allah SWT. untuk membelah hingga menjadi segumpal daging kemudian membelah dan membentuk bagian-bagian tubuh manusia. Tangan, kaki, kepala, jantung, otak, dan semua organ terbentuk dengan bimbingan Allah SWT. Setelah semua bagian lengkap, Allah SWT. menyempurnakan bentuknya menjadi bentuk yang sama sekali berbeda dari saat pertama kali sperma dan ovum bertemu.

Inilah proses pembentukan seorang manusia yang diangkat Allah SWT. sebagai khalifah-Nya di bumi. Proses yang tersampaikan dalam Surah al-Mu’minu-n [23] ayat 12–14 ini memberi pelajaran tentang dua hal penting. Pertama, Allah SWT. yang mengatur penciptaan manusia.

Hal ini dengan nyata terlihat dari tahapan-tahapan pembentukan manusia dalam rahim sang ibu. Bagaimana dua sel, sperma dan ovum yang setengah menit saja dibiarkan di tempat terbuka pasti rusak, dapat bertemu? Siapa yang mengarahkan pertemuan itu? Adakah sang ayah yang memberikan komando atau si ibu yang menunjukkan rute? Setelah keduanya bertemu, siapa yang memberikan daya untuk berubah dan membelah?

Sperma dan ovum itu mengetahui dengan sendirinya apa yang harus dilakukan. Allah SWT. yang telah membuat semua itu menjadi mungkin. Allah SWT. yang memberi daya sekaligus arah. Allah SWT. yang menunjukkan apa yang harus dilakukan oleh dua sel lemah itu. Inilah pelajaran agung dari Sang Maha Pencipta.

Pelajaran kedua adalah pelajaran bagi kesadaran manusia tentang asal usul dirinya dan Tuhan yang telah menciptakannya. Ayat ini mengajak manusia merenungkan kejadian dirinya. Manusia tidak ada dengan sendirinya melainkan ada karena diadakan oleh Yang Maha Ada. Kesadaran tentang hal ini diharapkan dapat membawa dampak nyata pada perilaku manusia, kita bersama, untuk menjadi lebih baik sesuai tuntunan Allah SWT. yang telah menciptakan.

Pelajaran Allah SWT. dalam ayat ini menunjukkan bahwa hadirnya manusia di muka bumi ini diadakan oleh Allah SWT. tentu bukan tanpa tujuan. Tujuan hadirnya manusia untuk mengemban tugas sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini. Saat kita sadar tentang hal ini, kita mengetahui dari mana kita berasal dan tugas yang harus kita emban di bumi ini.

Hadist tentang
Penciptaan Manusia


الْمَصْدُوْقُ ; إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّه أَرْبَعِيْنَ يَوْماً نُطْفَةً ، ثُمَّ يَكُوْنُ عَلَقَةً مِثْلَ ذاَلِكَ ، ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذاَلِكَ ،  ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيْهِ الرُّوْحَ ، وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِماَتٍ ; رِزْقِه ، وَأَجَلِه ، وَعَمَلِه ، وَهَلْ هُوَ شَقِيٌّ أَوْ سَعِيْدٌ - الحديث رواه أحمد -

“ Dari Ibnu Mas’ud RA, ia berkata : Telah bersabda kepada kami Rasulullah SAW – Beliau  adalah orang yang jujur dan terpercaya; “Sesungguhnya seorang diantara kamu (setiap kamu) benar-benar diproses kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari berwujud air mani; kemudian berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal darah; lantas berproses lagi selama 40 hari menjadi segumpal daging; kemudian malaikat dikirim kepadanya untuk meniupkan roh kedalamnya; lantas (sang janin) itu ditetapkan dalam 4 ketentuan : 1. Ditentukan (kadar) rizkinya, 2. Ditentukan batas umurnya, 3. Ditentukan amal perbuatannya, 4. Ditentukan apakah ia tergolomg orang celaka ataukah orang yang beruntung “ (HR Ahmad).

Penjelasan Hadis :
            Hadis tersebut Dimuka menjelaskan proses kejadian manusia dalam rahim ibunya, yaitu 40 hari pertama berwujud “ Nutfah “ (air mani laki-laki bersenyawa dengan sel telur perempuan), 40 hari kedua berproses menjadi “ Alaqah “ (segumpal darah), 40 hari ketiga berproses menjadi “ Mudlghoh “ (segumpal daging).
            Hadis tersebut di muka lebih lanjut menjelaskan bahwa saat berwujud mudlghah itulah Allah SWT mengirim malaikat untuk memasangkan roh kepadanya bersamaan dengan ditetapkannya 4 ketentuan.

Dari Abu Abdirrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menceritakan kepada kami dan beliau seorang yang jujur lagi diakui kejujurannya, “Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari berupa sperma, kemudian menjadi segumpal darah selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian diutus seorang malaikat kepadanya untuk meniupkan ruh padanya, dan diperintahkan empat kalimat: menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagia. Demi Allah yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia, sesungguhnya seorang dari kalian benar-benar beramal dengan amal penghuni surga hingga jarak antaranya dan surga hanya sejengkal, lalu takdir mendahuluinya, lalu dia beramal dengan amal penduduk neraka lalu ia pun memasukinya. Dan sesungguhnya seorang dari kalian benar-benar  beramal dengan amal penduduk neraka hingga jarak antaranya dengan neraka hanya sejengkal, lalu takdir mendahuluinya, lalu ia beramal dengan amal penduduk surga, maka ia pun memasukinya.” Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim.

Hadist diatas ini mengandung beberapa hal, antara lain sebagai berikut:

1.  Penjelasan Fase perkembangan janin di dalam rahim:
            Hadits diatas ini menunjukkan bahwa janin diciptakan seratus dua puluh hari dalam tiga tahapan. Setiap tahapan adalah selama empat puluh hari. Pada empat puluh hari pertama berupanuthfah, pada empat puluh hari kedua berupa ‘alaqah dan empat puluh hari ketiga berupa mudhghah, dan pada hari ke seratus dua puluh, malaikat meniupkan ruh kepadanya, lalu dituliskan baginya kalimat. Allah Ta’ala  menyebutkan dalam kitab-Nya bahwa janin diciptakan dalam fase-fase tersebut, sebagaiamana firman-Nya:
“dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah.kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S. Al-Mukminun: 12-14)
                Dalam ayat ini Allah menyebutkan empat fase yang disebutkan didalam hadits, lalu menambahinya dengan fase lainnya sehingga menjadi tujuh fase.

2.         Penjelasan ditiupnya ruh
Para ulama bersepakat bahwa ruh ditiupkan ke dalam janin setelah janin berumur seratus dua puluh hari terhitung dari mulai terjadinya pembuahan. Yaitu ketika usia kehamilan sudah empat bulan dan memasuki bulan yang kelima.
Semua itu benar berdasarkan kenyataan yang dapat disaksikan, maka semenjak itu ditetapkan hukum-hukum untuk memenuhi kebutuhannya seperti hukum tentang penyandaran nasabnya dan kewajiban pemberian nafkah. Dan hal itu diyakinkan dengan bergeraknya janin dalam rahim. Inilah hikmah mengapa istri yang ditinggal mati suaminya, masa iddahnya selama empat bulan sepuluh hari. Alasannya ialah untuk meyakinkan bahwa rahimnya benar-benar kosong dari janin tanpa ada sedikit pun tanda-tanda kehamilan. Ruh, yang membuat manusia hidup, adalah urusan Allah sebagaimana firman-Nya,
 “Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(Q.S. Al-Isra: 85)
Dalam syarah Muslim karangan Imam Nawawi disebutkan bahwa ruh adalah jasad halus yang mengalir dalam badan dan merambat di dalamnya sebagaimana merambatnya air didalam batang pohon yang hidup. Dalam kitab Ihya Ulumuddin Imam Al-Ghazali berkata, “ruh adalah unsur yang berdiri sendiri yang bekerja di dalam badan.”
Penjelasan haramnya menggugurkan kandungan
Para ulama bersepakat atas haramnya menggugurkan kandungan (aborsi) setelah ditiupkanya ruh kedalam janin. Hal itu dipandang sebagai tindakan criminal yang haram dilakukan oleh seorang muslim. Karena hal itu merupakan tindakan kejahatan atas orang yang telah hidup dengan sempurna.
            Adapun aborsi sebelum ditiupkannya ruh, maka hukumnya haram juga. Demikianlah pendapat sebagaian para ahli fiqih. Dalil yang menjadi landasan mereka adalah hadist shahih yan menjelaskan bahwa penciptaan dimulai dari menetapnya sperma didalam rahim. Imam Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah bin Usaid, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, yang artinya:
“Jika nuthfah telah melewati empat puluh dua malam – dalam sebagian riwayat empat puluh sekian malam – Allah mengutus malaikat untuk membentuk rupanya, menciptalkan pendengaran, penglihatan, kulit, daging dan tulang belulang.”
            Dalam kitab Jami’ul Ilmi wal Hikam  yang ditulis oleh Ibnu Rajab Al-Hanbali, hal 42, disebutkan, “sebagian ahli Fiqih merukhsahkan (memberi keringanan) bagi wanita untuk melakukan aborsi selama ruh belum ditiupkan ke dalam janin dan menganologikannya dengan azal pendapat ini adalah pendapat yang lemah karena janin adalah anak yang sudah tercipta dan adakalanya sudah berbentuk, sedang azal sama sekali belum ada wujud janin, tetapi hanya menghalangi terciptanya janin, bahkan jika Allah berkehendak, azal sama sekali tidak menghalangi untuk terciptanya bayi.
            Dalam Ihya Ulumuddin karangan Al-Ghazali, 2/51 : ‘azal itu tidak bisa disamakan dengan aborsi dan mengubur anak hidup-hidup karena kedua tindakan tersebut adalah kejahatan terhadap makhluk yang sudah berwujud, dan wujudnya memiliki beberapa tahapan. Tahapan pertama adalah tersimpannya  nuthfah  di dalam rahim dan bercampur dengan ovum wanita serta siap untuk menerima nyawa, maka merusak benda tersebut merupakan kejahatan. Apabila  nuthfah  menjadi ‘alaqah, maka kejahatannya lebih besar, dan apabila telah ditiupkan ke dalamnya ruh dan menjadi makhluk yang sempurna, maka kejahatannya pun termasuk ke dalam dosa besar dan puncak kejahatan adalah membunuh bayi yang sudah keluar dari perut dalam keadaan hidup.

NO
SURAT
AYAT
ISI
KLASIKASI





1
Al- Alaq
1-5
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia
4. Yang mengajar (manusia) dengan pena
5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya
Perkembangan IPTEK
2
Al- Mu’minun
12-14
12. Dan sungguh kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
13. Kemudian kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim)
14. Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang paling Baik
Proses Penciptaan Manusia

NO
RIWAYAT
ISI
KLASIKASI
1
Muslim
“Bintang-bintang adalah stabilator bagi langit; jika  bintang mati, maka datanglah pada langit sesuatu yang mengancamnya. Dan aku adalah pengaman bagi sahabatku; jika aku mati,  Maka datanglah kepada para sahabat sesuatu yang mengancam mereka. Sahabatku adalah pengaman Umatku; jika mereka mati, maka datanglah kepada umatku sesuatu yang mengancam mereka“ [HR.Muslim]

Hadist tentang
Bintang-bintang sebagai pengaman langit
2
Ibnu Mas’ud
Sesungguhnya penciptaan salah seorang di antara kalian dihimpun di dalam perut ibunya selama empat puluh hari berupa air mani, kemudian menjadi segumpal darah dalam waktu sama, kemudian menjadi segumpal daging juga dalam waktu yang sama. Setelah itu, malaikat diutus untuk meniupkan roh ke dalamnya dan diperintahkan untuk mencatat empat perkara: mencatat rezekinya, ajalnya, perbuatannya, dan celaka ataukah bahagia.”
Hadist tentang penciptaan Manusia